Siapa nih yang suka tanaman kaktus? Pastinya tahu dong filosofi tentang tanaman kaktus, apalagi kaktus dikenal sebagai tanaman yang memiliki ciri khas dengan tampilan yang berbeda dari tanaman lainnya. Ciri khas inilah yang membuat banyak orang kerap mengaitkannya dengan berbagai filosofi tentang kehidupan. Ini salah satu contoh filosofi tentang kaktus, "Meskipun kaktus terlihat kuat, tapi kaktus tetap memiliki sisi lembut dalam dirinya dimana jika ada yang menyakitinya, kaktus akan mengeluarkan getah sebagai tanda kesedihan yang mendalam." Sesuai atau tidak filosofinya, yang pasti tanaman ini memang unik dan memiliki selubung misteri yang cukup sulit untuk dijamah.
Tapi apapun filosofi tentang kaktus, tanaman ini kerap dijadikan souvenir dalam berbagai acara bahkan acara resmi, tidak heran jika banyak pecinta tanaman hias yang fokus melakukan budidaya kaktus. Selain dijadikan souvenir, kaktus juga kerap dijadikan pemanis dekorasi atau hiasan ruangan. Alasannya, karena kaktus dinilai menghadirkan warna tersendiri yang membuat ruangan terasa lebih hijau, cantik, dan segar. Hal ini tidak terlepas dari kaktus yang meskipun berduri tapi memiliki bunga yang indah. Tidak hanya sebagai pemanis dekorasi ruangan lho, tanaman kaktus bisa membantu mengusir bakteri atau polusi dalam ruangan. Tidak salah jika tanaman kaktus disukai banyak orang dan menjadi salah satu tanaman favorit untuk dibudidayakan.
Nah, salah satu Kampung Berseri Astra (KBA) yang saat ini sedang gencar-gencarnya membudidayakan tanaman kaktus adalah KBA Rawa Makmur yang lokasinya berada di Kelurahan Rawa Makmur, Kecamatan Muara Bangkahulu, Bengkulu. Bahkan, menurut Musfadhillah Dhika atau mbak Dillah, tanaman kaktus saat ini sedang dilakukan pembesaran yang dilakukan oleh perempuan SADoNG untuk dijadikan souvenir dalam acara akhir tahun di KBA Rawa Makmur. Acara ini juga dijadikan para penggerak KBA Rawa Makmur untuk lebih mengenalkan program KBA yang diintegrasikan dalam 4 pilar melalui serangkaian kegiatan lomba dan pemberian apresiasi pada masyarakat di lingkungan Kelurahan Rawa Makmur Bengkulu.
Bagi yang belum mengetahuinya, Astra memiliki suatu program yang merupakan bentuk Kontribusi Sosial Berkelanjutan Astra yang disebut sebagai Kampung Berseri Astra (KBA). Nah, KBA ini diimplementasikan kepada masyarakat melalui suatu konsep pengembangan yang mengintegrasikan 4 pilar program KBA, yaitu Pendidikan, Lingkungan, Kewirausahaan, dan Kesehatan. Diharapkan, melalui program KBA ini, masyarakat dan perusahaan dapat berkolaborasi agar secara bersama-sama dapat mewujudkan wilayah atau kampung yang tidak hanya bersih dan sehat, tapi juga produktif dengan tujuan meningkatkan kualitas hidup masyarakat yang tinggal di wilayah tersebut.
Perempuan SABoNG, Kelompok Perempuan Produktif Dari Bumi Rafflesia
Sudah pernah menjejakkan kaki di Provinsi Bengkulu? Bengkulu adalah salah satu provinsi di Pulau Sumatera, yang memiliki luas wilayah 19.919,33 Km persegi terdiri dari 10 Kabupaten dan 129 Kecamatan. Provinsi Bengkulu mayoritas di huni oleh sejumlah suku asli, seperti Suku Serawai, Rejang Lebong, Lembak, Kaur, Basemah, dan Enggano. Ada pula suku pendatang yang berasal dari berbagai suku di Indonesia, yang jumlah makin hari makin bertambah banyak namun tetap hidup saling berdampingan.
Provinsi Bengkulu juga dikenal dengan julukan "Bumi Rafflesia" karena sejumlah wilayah di Bengkulu adalah wilayah endemik bunga langka, yaitu Rafflesia Arnoldi. Nah, bagi yang ingin melihat secara langsung bunga raksasa ini bisa mengunjungi Bengkulu, baik melalui jalur darat atau udara. Selain dikenal karena menjadi tempat tumbuhnya bunga raksasa Rafflesia Arnoldi, terdapat juga berbagai destinasi wisata sejarah. Diantara banyaknya destinasi wisata sejarah di Bengkulu, ada dua tempat yang cukup terkenal dan banyak dikunjungi wisatawan, yaitu Rumah Pengasingan Presiden Soekarno dan Benteng Malborough di mana sisa-sisa benteng ini masih tegak berdiri di Kota Bengkulu.
Jika dilihat secara geografis, Bengkulu umumnya memiliki wilayah yang bergelombang, di mana pada sisi timur merupakan wilayah dataran tinggi dan berbukit dengan tanah yang terbilang subur. Sedangkan dibagian lain adalah dataran rendah. Bengkulu juga dikenal memiliki cukup banyak destinasi wisata pantai, apalagi letaknya yang langsung berhadapan dengan Samudera Hindia. Tanahnya yang subur membuat banyak masyarakat memiliki hobi bercocok tanam, entah digunakan sebagai mata pencaharian atau hanya sekadar hobi.
Nah, hobi bercocok tanam inilah yang kemudian membawa Kelurahan Rawa Makmur terpilih menjadi salah satu Kampung Berseri Astra (KBA) karena berhasil mengembangkan bahkan mengintegrasikan 4 pilar KBA, yaitu Pendidikan, Kewirausahaan, Lingkungan, dan Kesehatan dalam kegiatan sehari-hari masyarakat. Kelurahan Rawa Makmur sendiri berada dalam wilayah Kecamatan Muara Bangkahulu, Kota Bengkulu. Uniknya, kegiatan bercocok tanam yang akhirnya berhasil menebarkan semangat berwirausaha ini dilakukan para perempuan yang tinggal di lingkungan KBA Rawa Makmur, yang kemudian dikenal sebagai Kelompok Perempuan SABoNG.
Tentunya bukan hal mudah untuk mengajak para perempuan, terutama ibu rumah tangga dilingkungan KBA Rawa Makmur untuk aktif mengikuti berbagai kegiatan atau program yang sudah disusun oleh para penggerak KBA, hal ini diakui sendiri oleh sang narasumber Mbak Dillah. Namun dengan berbagai pendekatan yang dilakukan, apalagi banyak kegiatan tersebut memang ditujukan untuk meningkatkan partisipasi perempuan khususnya ibu rumah tangga untuk meningkatkan perekonomian rumah tangga, akhirnya dari hanya sedikit yang berpartisipasi lama kelamaan makin bertambah banyak, hingga terbentuklah Kelompok Perempuan SABoNG.
Dengan meningkatnya semangat berwirausaha dikalangan masyarakat Kelurahan Rawa Makmur ini, harapan untuk mewujudkan KBA Rawa Makmur Bengkulu menjadi Kampung Berseri Astra Produktif akan semakin besar. Nah, bagi yang belum mengetahuinya, Kampung Berseri Astra Produktif merupakan salah satu konsep kampung mandiri, yang mampu menjadi pusat pembelajaran dan memenuhi kebutuhan sendiri melalui kegiatan produktif dan meningkatkan kualitas hidup di bidang pendidikan, lingkungan, kesehatan, dan pemberdayaan ekonomi.
Lantas, bagaimana penerapan 4 pilar Kampung Berseri Astra untuk mendukung peningkatan kualitas hidup masyarakat di KBA Rawa Makmur Bengkulu? Berikut penjelasan yang disampaikan oleh Mbak Musfadhillah Dhika, salah satu penggerak sekaligus perwakilan dari KBA Rawa Makmur Bengkulu yang dihubungi melalui pesan singkat Whatsapp.
Pilar Pendidikan Di KBA Rawa Makmur Bengkulu
Para penggerak KBA Rawa Makmur Bengkulu menyadari bahwa peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) sangat penting, terutama dikalangan generasi muda. Untuk itulah sejak dini anak-anak dilingkungan KBA Rawa Makmur diajak untuk mengikuti berbagai kegiatan, salah satunya adalah Kelas Bocil SABoNG. Di Kelas Bocil SABoNG ini, anak-anak diberikan edukasi untuk mencintai lingkungan, dengan cara menjaga kebersihan, membuang sampah pada tempat yang sudah disediakan, serta belajar bercocok tanam.
Jadi tidak hanya ibu rumah tangga atau para perempuan SABoNG saja yang diajarkan cara bercocok tanam, melainkan juga anak-anak. Tentu saja, agar tidak menganggu aktivitas utama anak, yaitu belajar di sekolah dan mengaji pada sore harinya, kelas dilakukan secara bergantian disesuaikan dengan waktu luang anak-anak ya.
Menurut Mbak Dillah, kegiatan bercocok tanam untuk anak-anak ini memiliki banyak manfaat positif lho, diantaranya:
- Membantu mengasah motorik anak, karena saat bercocok tanam atau berkebun, anak banyak terlibat dalam kegiatan yang melibatkan otot dan koordinasi tubuhnya. Menggali tanah dengan sekop, menyiram air, dan memindahkan pot merupakan contoh kecil aktivitas yang dapat merangsang kemampuan motoriknya.
- Menumbuhkan minat anak untuk makan sehat. Dari pengalaman, anak-anak terlihat sangat antusias saat akan memanen tanaman yang sudah ditanamnya, terutama sayur-sayuran. Setelah diolah dan dimasak oleh ibunya, ternyata anak-anak suka dan tidak ada lagi yang menolak makan sayur setelah mengikuti Kelas Bocil SABoNG dan diajak bercocok tanam.
- Mengajarkan anak-anak bertanggung jawab pada tugasnya. Di Kelas Bocil SABoNG, anak-anak diberikan petak-petak kecil lahan untuk ditanam aneka tanaman terutama sayur-sayuran. Dipetak-petak kecil tersebut, anak-anak tidak hanya diajarkan mulai dari menanam bibir sayuran tapi juga merawat tanaman tersebut secara telaten hingga siap di panen. Meskipun awalnya beberapa kali gagal, tapi anak-anak yang tergabung dalam Kelas Bocil SABoNG akhirnya dengan gembira bisa memanen sayuran dari kebunnya sendiri...duh senangnya!
Selain belajar di sekolah dan mengaji di sore hari, anak-anak di KBA Rawa Makmur Bengkulu memiliki kesempatan untuk belajar hal-hal baru, terutama belajar bercocok tanam dan mengenal beragam tanaman, terutama sayur-sayuran. Apalagi di KBA Rawa Makmur sedang dikembangkan cara bercocok tanam dengan Hidroponik, yang diikuti oleh seluruh warga KBA Rawa Makmur terutama para perempuan dan anak-anak yang tergabung dalam Kelas Bocil SABoNG.
Pilar Lingkungan Di KBA Rawa Makmur Bengkulu
Kelurahan Rawa Makmur Bengkulu ini sangat beruntung karena memiliki lingkungan yang tergolong masih asri dan hijau, ditambah masyarakatnya yang sangat suka bercocok tanam. Hampir semua rumah yang berada di lingkungan ini memiliki lahan yang ditanami berbagai tanaman, mulai dari buah-buahan hingga beragam jenis tanaman hias. Aktivitas bercocok tanam ini hampir semuanya dilakukan oleh para perempuan, terutama ibu rumah tangga. Nah, agar pengetahuan para perempuan tentang bercocok tanam makin luas, para penggerak KBA Rawa Makmur pun berinisiatif untuk memberikan pelatihan bercocok tanam dengan cara Hidroponik.
Apa itu Hidroponik? Bagi yang belum memahaminya, Hidroponik adalah sebuah cara budidaya tanaman tanpa menggunakan media tanah, melainkan hanya dengan memanfaatkan air. Banyak orang yang tertarik dengan teknik budidaya ini karena teknik menanam dengan cara hidroponik ini memerlukan air lebih sedikit dibandingkan menanam dengan menggunakan media tanah seperti pada umumnya. Metode tanam dengan cara hidroponik ini sangat cocok diterapkan untuk wilayah yang memiliki sedikit air.
Meskipun begitu, agar tanaman bisa tumbuh dengan subur dan sempurna, harus diperhatikan kebutuhan nutrisi tanamannya. Nah, nutrisi pada tanaman yang dibudidayakan secara hidroponik dapat berasal dari bermacam-macam sumber, seperti pupuk yang berasal dari kompos, dan lainnya. Tahu sendiri kan kalau kompos umumnya dibuat dari sampah berupa daun-daun kering. Dengan pembuatan kompos ini, maka sampah berupa daun-daun kering bisa diminimalisir dan lingkungan akan lebih bersih.
Saat ditanyakan mengapa KBA Rawa Makmur memiliki mengajarkan teknik budidaya Hidroponik kepada masyarakat di lingkungan Kelurahan Rawa Makmur, ternyata karena Hidroponik ini dinilai memiliki berbagai keunggulan sehingga cocok ditanam oleh para perempuan terutama ibu rumah tangga dan juga anak-anak. Keunggulannya antara lain:
- Tidak memerlukan lahan yang luas, karena tanaman dapat ditanam dalam ruangan atau di tempat yang kecil, sehingga cocok untuk diletakkan di pekarangan rumah warga atau lahan kosong dekat rumah.
- Tanaman dapat tumbuh lebih cepat, karena nutrisi dapat dikendalikan dengan baik sehingga tanaman tumbuh lebih cepat dan hasil panen dapat dipanen lebih cepat. Alasan ini yang membuat anak-anak dari Kelas Bocil SABoNG sangat bersemangat dan tidak sabar menunggu jadwal untuk merawat tanaman Hidroponik.
- Lebih efisien dalam penggunaan air, karena nutrisi dapat langsung disalurkan ke akar tanaman dan tidak diserap oleh tanah atau medium lain yang kurang efisien.
- Hasil panen lebih besar, karena asupan nutrisi yang optimal maka tanaman yang ditanam dengan cara Hidroponik ini dapat tumbuh lebih besar.
- Pastinya lebih ramah lingkungan, karena dalam Hidroponik penggunaan pestisida dan pupuk kimia bisa diminimalisir sehingga dampak negatif untuk lingkungan bisa dikurangi.
Untuk percobaan budidaya tanaman dengan cara Hidroponik yang pertama adalah menanam kangkung, karena sayuran ini bisa dibilang sangat disukai mulai dari anak-anak hingga orang dewasa. Meskipun sudah dilakukan pelatihan sebelumnya, saat praktek pertama kali para perempuan terutama ibu rumah tangga masih merasa kebingungan karena belum terbiasa menggunakan air sebagai media menanam. Dengan penuh kesabaran, Mbak Dillah dan teman-temannya sesama penggerak KBA Rawa Makmur mengajarkan para ibu agar terbiasa menanam secara hidroponik.
Hasilnya, saat pemanenan hidroponik pertama, pertumbuhan kangkung terlihat masih bervariasi, ada yang tumbuh dengan subur dan memiliki daun yang besar-besar, tapi ada juga yang justru tidak tumbuh sama sekali. Meskipun hasil panen pertama belum memuaskan, para perempuan SABoNG pantang putus asa dan terus mencoba. Kali ini tidak hanya menanam kangkung secara hidroponik tapi juga mencoba tanaman lain, yaitu sawi. Untuk praktek hidroponik yang kedua ini bersifat kelompok dan tidak terasa makin banyak yang bergabung.
Hasil praktek kedua, lumayan dan ternyata kelompok perempuan SABoNG masih kalah hasil panennya dengan kelas bocil...wkwkwk. Setelah praktek kedua, lanjut ke praktek berikutnya dengan harapan semoga berhasil. Untunglah di praktek kedua ini, tanaman sawi bisa tumbuh dengan baik dan siap untuk dipindahkan dari tempat persemaian ke karung. Selain bercocok tanam dengan cara hidroponik, para penggerak KBA Rawa Makmur juga mengajak para warga masyarakat terutama para perempuan SABoNG untuk memanfaatkan lahan kosong untuk ditanami berbagai tanaman produktif.
Dengan penuh semangat Mbak Dillah menceritakan bagaimana sulitnya membersihkan lahan kosong untuk ditanami dan dijadikan lahan produktif, ada saja hambatan yang membuat para perempuan SABoNG nyaris putus asa, seperti lahan ditumbuhi rumput rawa yang sulit untuk dimatikan, pada lahan terdapat sampah plastik, kaca, paku, serta batu mulai dari ukuran besar hingga kecil yang semuanya harus disingkirkan. Selain itu, penanaman harus berpacu dengan waktu agar semuanya sudah tertanam dengan baik sebelum musim hujan tiba, penyulaman jagung yang dilakukan berkali-kali. Belum lagi sampah yang masih terus dibersihkan karena jumlahnya cukup banyak.
Diantara banyaknya hambatan untuk menjadikan lingkungan KBA Rawa Makmur menjadi lebih asri, hijau, serta produktif, syukurlah akhirnya semua bisa terlewati karena sebagian besar lahan kosong sudah bisa ditanami dan bersih dari sampah yang menganggu. Setelah lahan kosong siap ditanami, masing-masing keluarga diberikan petakan lahan masing-masing untuk ditanami tanaman jagung dan sayuran. Sedangkan untuk anak-anak yang tergabung dalam Kelas Bocil SABoNG juga diberikan petakan lahan tersendiri. Sampai saat ini lahan kosong yang sebagian merupakan bekas tempat pembuangan sampah masih rutin dibersihkan, apalagi semak-semaknya yang cukup tinggi hingga dua meter, belum lagi sampah lainnya.
Dengan kegiatan bercocok tanam ini, selain menjadikan lingkungan KBA Rawa Makmur lebih hijau dan asri, juga memanfaatkan lahan kosong agar lebih produktif serta memberikan kontribusi bagi kehidupan masyarakat. Bagaimana tidak, hasil panen sayuran yang ditanam dengan cara hidroponik ini bisa dikonsumsi oleh masing-masing keluarga, selain membuat keluarga lebih sehat dengan rutin makan sayur juga menghemat uang belanja karena tidak perlu membeli sayur. Selain aktif melakukan teknik budidaya hidroponik sayur-sayuran dan menanami lahan kosong dengan tanaman jagung, perempuan SABoNG kini juga aktif mengembangkan budidaya kaktus, lebih lengkapnya akan dibahas di pilar selanjutnya, yaitu pilar kewirausahaan.
Pilar Kewirausahaan Di KBA Rawa Makmur Bengkulu
Di KBA Rawa Makmur Bengkulu, antara pilar lingkungan dan kewirausahaan sebenarnya sudah saling terintegrasi, di mana penerapan pilar lingkungan di KBA Rawa Makmur telah berhasil melahirkan banyak program kewirausahaan yang akhirnya memberikan konstribusi bagi peningkatkan ekonomi masyarakat, terutama ibu rumah tangga yang tergabung dalam kelompok perempuan SABoNG.
Salah satu usaha yang sedang dikembangkan perempuan SABoNG saat ini adalah budidaya kaktus. Mengapa kaktus? Mbak Dillah menjelaskan ada beberapa alasan mengapa tanaman kaktus juga dibudidayakan di KBA Rawa Makmur ini, bahkan untuk kedepannya tanaman kaktus ini akan dijadikan salah satu program kewirausahaan.
Berikut beberapa alasan seperti yang dituturkan oleh Mbak Dillah, perwakilan dari penggerak KBA Rawa Makmur.
- Kaktus adalah tanaman yang mudah ditanam, bahkan dalam iklim yang paling buruk sekalipun.
- Investasi modal yang dibutuhkan untuk memulai usaha kaktus terbilang sangat kecil.
- Budidaya kaktus relatif hanya membutuhkan ruangan yang tidak terlalu besar, bahkan ruangan kecil sekalipun bisa digunakan untuk budidaya kaktus.
- Kaktus dapat dijual dengan berbagai cara, baik secara langsung maupun online karena kaktus merupakan tanaman yang mudah dikemas.
- Makin lama usia kaktus atau makin besar ukuran kaktus, harga kaktus juga akan semakin mahal.
Saat ini para perempuan SABoNG sedang giat-giatnya melakukan pembesaran kaktus, untuk selanjutnya akan dibeli dan dijual oleh SABoNG. Bocoran dari Mbak Dillah, tanaman kaktus yang sedang dibudidayakan dan dilakukan pembesaran ini akan dijadikan souvenir dalam acara akhir tahun, sekaligus untuk memperkenalkan lebih dekat program KBA Rawa Makmur melalui berbagai event dan lomba.
Selain sedang gencar-gencarnya membudidayakan kaktus, untuk dijual sebagai souvenir, Kelompok perempuan SABoNG juga telah mengembangkan unit usaha lain yang sudah berjalan cukup lama, salah satunya adalah produk Teh Herbal Daun Salam. Tahu kan kalau daun salam yang sehari-hari dijadikan salah satu bumbu masakan ini memiliki banyak sekali manfaat untuk kesehatan. Diantara manfaatnya adalah membantu menurunkan tekanan darah tinggi dan asam urat, untuk khasiat ini sudah dilakukan berbagai penelitian lho!
Selain itu, daun salam juga memiliki kandungan antioksidan tinggi yang sangat bermanfaat untuk meningkatkan daya tahan tubuh. Dengan produk ini, konsumen tidak perlu susah-susah merebus daun salam, cukup tinggal seduh dan siap diminum. Untuk bahan bakunya dipilih daun salam yang berkualitas serta telah melalui proses pengolahan yang panjang sehingga menghasilkan rasa dan aroma yang mirip dengan teh walau tanpa campuran teh. Produk ini juga dikemas dalam kantong teh kekinian sehingga mudah dibawa kemana saja, tanpa pusing harus mencari tempat untuk merebusnya.
Selain Teh Herbal Daun Salam, perempuan SABoNG juga telah memproduksi Teh Daun Sungkai. Bagi yang belum mengetahuinya, Teh Daun Sungkai berasal dari daun sungkai yang terkenal memiliki banyak manfaat untuk kesehatan, diantaranya sebagai obat sakit gigi, obat demam, meningkatkan imunitas tubuh, menurunkan kadar asam urat, melawan peradangan, dan lainnya. Sungkai merupakan tumbuhan asli Kalimantan, yang juga bisa dijumpai di daerah Sumatera Barat, Bengkulu, Jambi, dan beberapa tempat lainnya.
Saat ini, berbagai produk yang dihasilkan perempuan SABoNG sudah mulai dipasarkan ke berbagai kota di Indonesia, bahkan beberapa produk sudah mulai dijual secara online melalui beberapa marketplace. Perlahan namun pasti perempuan SABoNG mulai meningkatkan produksi beberapa unit usahanya dan berhasil menebarkan semangat berwirausaha tidak hanya dikalangan perempuan dan ibu rumah tangga tapi juga anak-anak. Semoga nyala api semangat berwirausaha dikalangan perempuan SABoNG akan terus menyala, meskipun banyak hambatan yang mungkin saja akan terus menghadang dan bermunculan.
Pilar Kesehatan Di KBA Rawa Makmur Bengkulu
Sebenarnya kegiatan bercocok tanam yang dilakukan secara konsisten oleh perempuan SABoNG, terutama ibu rumah tangga memberikan banyak sekali manfaat positif lho, terutama untuk meningkatkan kesehatan. Tidak hanya baik untuk kesehatan fisik dan mental, kegiatan bercocok tanam yang dilakukan ibu rumah tangga juga membantu menurunkan tingkat stres akibat rutinitas sehari-hari mengurus keluarga di rumah. Segarnya pemandangan berupa hamparan tanaman hijau membantu membuat mata menjadi lebih sehat.
Selain itu, untuk meningkatkan kesehatan perempuan SABoNG diselenggarakan kegiatan senam Zumba yang rutin dilakukan 2 kali seminggu. Kegiatan senam Zumba ini boleh kok diikuti siapa saja, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa, baik laki-laki maupun perempuan, tapi sayangnya sampai saat ini peserta yang rutin mengikuti kegiatan senam zumba ini adalah ibu rumah tangga, yang selain berolahraga juga sebagai hiburan sejenak dari kepenatan mengurus rumah tangga.
Hampir lupa, Mbak Dillah juga menceritakan, sejak anak-anak mengikuti Kelas Bocil SABoNG yang mengajarkan aktivitas bercocok tanam, terutama dengan cara hidroponik. Anak-anak jadi suka makan sayuran lho, apalagi jika sayuran yang dimasak berasal dari hasil panennya. Kebetulan anak-anak diberikan lahan sendiri untuk bercocok tanam dan melakukan kegiatan budidaya tanaman hidroponik. Bahkan, dari kebun mungil tersebut, Kelas Bocil SABoNG sudah beberapa kali panen, dengan hasil panen sangat baik, sayurannya segar dan besar-besar.
Tingginya antusiasme anak-anak di lingkungan KBA Rawa Makmur Bengkulu untuk mengikuti Kelas Bocil SABoNG yang sebagian besar programnya fokus untuk memberikan edukasi tentang lingkungan hidup, tentu tidak terlepas dari peran perempuan disekitarnya, terutama ibunya. Seperti yang dikatakan Mbak Dillah melalui pesan singkat Whatsapp, jika ingin program Kelas Bocil SABoNG berhasil, maka ajaklah dahulu ibunya untuk aktif dalam berbagai kegiatan yang digagas Kelompok Perempuan SABoNG, karena bagaimana pun ibu adalah sosok yang menjadi media edukasi pertama dan utama untuk anak-anaknya.
Para penggerak KBA Rawa Makmur berharap, dengan aktifnya sang ibu dalam kegiatan perempuan SABoNG terutama yang berkaitan dengan lingkungan, tidak hanya memberikan manfaat secara ekonomi bagi keluarga tapi juga menjadi lidah penyambung untuk meningkatkan kesadaran keluarga menjaga kelestarian lingkungan, terutama untuk anak-anaknya. Jika kebiasaan baik ini sudah mengakar dalam diri anak, di masa depan anak akan tumbuh menjadi generasi yang tidak hanya mencintai lingkungannya tapi juga peduli akan kelestarian lingkungan.
Posting Komentar untuk "Perempuan SABoNG, Kelompok Perempuan Produktif Dari Bumi Rafflesia"
Posting Komentar
Terima kasih banyak sudah berkunjung dan membaca tulisan saya, semoga menginspirasi. Mohon maaf jika meninggalkan Link Hidup akan saya hapus.